Harga
jambu biji kristal mampu menembus Rp30 ribu per kilogramnya! Bahkan
karena permintaan terhadap jambu biji yang nirbiji ini begitu tinggi,
membuat para petani tak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Saatnya
menangkap peluang emas budidaya jambu biji kristal
Menyantap buah jambu biji (Latin: Psidium Guajava, red.),
khususnya di siang nan terik, merupakan kenikmatan tersendiri. Tapi,
acapkali kenikmatan itu terusik oleh keberadaan biji-biji si jambu yang
bertebaran di bagian daging buahnya. Karena itu, ketika jambu biji
varietas kristal yang nirbiji atau lebih tepatnya mempunyai biji sangat
sedikit (kurang dari 3% bagian buah, red.) hadir, ia segera
disambut konsumen dengan sangat baik. Berdasarkan informasi dari
beberapa toko buah di kota-kota besar, permintaan rata-rata per hari
mencapai 50 kg–100 kg. Tak pelak, harga jambu yang dagingnya renyah
mirip buah pear ini menembus level Rp25 ribu–Rp30 ribu per kilogramnya.
Para
petani pun menyukainya. Sebab, jambu yang merupakan mutasi dari residu
Muangthai Pak ini, prosentase berbuahnya lebih tinggi ketimbang buah
tanpa biji lainnya yaitu 15 buah–30 buah per pohon. Sementara, dalam
usia tanam dua tahun, per pohon dapat menghasilkan 70 kg–80 kg. Sekadar
informasi, sebenarnya, setahun setelah ditanam, pohon jambu biji kristal
sudah dapat berbuah. Tapi, untuk mendapatkan hasil yang baik dan
menjaga pertumbuhannya, dengan teknik tertentu, pembuahan ditunda sampai
usia tanam dua tahun. Selain itu, ia berbuah sepanjang tahun dan jika
ditanam di musim panas (kemarau), ia akan memberikan kualitas
terbaiknya.
Secara
fisik, jambu yang bobot rata-ratanya 500 gr/buah, bahkan ada juga yang
mencapai 900 gr/buah ini, memiliki kulit hijau mulus yang dilapisi lilin
yang cukup tebal. Sehingga, ia sulit ditembus hama. Tekstur daunnya
yang lebih kaku juga membuat jambu yang ditemukan untuk pertama kalinya
pada tahun 1991 di Distrik Kao Shiung, Taiwan, ini lebih tahan terhadap
gangguan kekeringan dan hama penyakit. Dan, di atas itu semua, buah yang
memiliki kadar kemanisan 11° Brix–12° Briks dan kadar air cukup tinggi
ini adaptif dengan lingkungan.
Jambu
biji kristal mudah beradaptasi. Tapi, dengan pertimbangan ekonomi,
sebaiknya pilih lokasi tanam dengan sinar matahari dan pengairan yang
cukup, aliran air lancar, tanah rata serta kaya organik. Untuk daerah
yang sering tergenang air, jangan lakukan penanaman di musim penghujan,”
jelas Windi Aji, petani jambu biji kristal di Dramaga, Bogor. Sementara
untuk pemanenan, sebaiknya dilakukan pagi hari agar warna buah dapat
dilihat dengan jelas. “Layaknya kristal, buah yang dipetik harus
diperlakukan dengan baik-baik dan hati-hati. Dalam arti, jangan sampai
terbentur, terluka, tertindih, atau langsung terpapar sinar matahari,”
lanjutnya.
Sayang,
secara budidaya, jambu yang diperkenalkan ke Indonesia oleh Misi Teknik
Taiwan pada tahun 2001 ini kurang berkembang. Padahal, buah yang sering
juga disebut jambu biji kristal Taiwan ini, tidak mempunyai pesaing
yang cukup berarti dari jambu impor yang lain. Dalam mengusahakannya
secara perkebunan pun tidak rumit. Sementara, dari segi perputaran
modal, termasuk sektor yang perputarannya cepat. Hal itu, kemungkinan
disebabkan kurangnya sosialisasi baik tentang keistimewaan jambu itu
sendiri maupun tentang cara memperbanyaknya yang paling efektif.
“Mengingat
kondisinya yang boleh dikata tidak berbiji, maka buah ini hanya dapat
diperbanyak secara vegetatif (stek, okulasi, dan tempel). Di antara
ketiganya, metode tempel yang paling baik. Karena, selain lebih cepat
berbuah, juga prosentase keberhasilannya lebih tinggi dan biayanya lebih
murah,” ujarnya.
Imbasnya,
pengembangan pembudidayaan secara perkebunan belum banyak dilakukan.
Kebun-kebun jambu biji kristal yang ada, masih dalam skala kecil dan
sporadis. “Sejauh ini, hanya dua perusahaan yang telah mengelolanya
secara komersial,” katanya. Imbas lebih lanjut, tentu saja kuota
permintaan masih sulit dipenuhi.
Russanti Lubis
Sumber : pengusahaindonesia.co.id