Senin, 11 November 2013

Harga jambu biji kristal mampu menembus Rp30 ribu per kilogramnya! Bahkan karena permintaan terhadap jambu biji yang nirbiji ini begitu tinggi, membuat para petani tak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Saatnya menangkap peluang emas budidaya jambu biji kristal

Menyantap buah jambu biji (Latin: Psidium Guajava, red.), khususnya di siang nan terik, merupakan kenikmatan tersendiri. Tapi, acapkali kenikmatan itu terusik oleh keberadaan biji-biji si jambu yang bertebaran di bagian daging buahnya. Karena itu, ketika jambu biji varietas kristal yang nirbiji atau lebih tepatnya mempunyai biji sangat sedikit (kurang dari 3% bagian buah, red.) hadir, ia segera disambut konsumen dengan sangat baik. Berdasarkan informasi dari beberapa toko buah di kota-kota besar, permintaan rata-rata per hari mencapai 50 kg–100 kg. Tak pelak, harga jambu yang dagingnya renyah mirip buah pear ini menembus level Rp25 ribu–Rp30 ribu per kilogramnya.

Para petani pun menyukainya. Sebab, jambu yang merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak ini, prosentase berbuahnya lebih tinggi ketimbang buah tanpa biji lainnya yaitu 15 buah–30 buah per pohon. Sementara, dalam usia tanam dua tahun, per pohon dapat menghasilkan 70 kg–80 kg. Sekadar informasi, sebenarnya, setahun setelah ditanam, pohon jambu biji kristal sudah dapat berbuah. Tapi, untuk mendapatkan hasil yang baik dan menjaga pertumbuhannya, dengan teknik tertentu, pembuahan ditunda sampai usia tanam dua tahun. Selain itu, ia berbuah sepanjang tahun dan jika ditanam di musim panas (kemarau), ia akan memberikan kualitas terbaiknya.
Secara fisik, jambu yang bobot rata-ratanya 500 gr/buah, bahkan ada juga yang mencapai 900 gr/buah ini, memiliki kulit hijau mulus yang dilapisi lilin yang cukup tebal. Sehingga, ia sulit ditembus hama. Tekstur daunnya yang lebih kaku juga membuat jambu yang ditemukan untuk pertama kalinya pada tahun 1991 di Distrik Kao Shiung, Taiwan, ini lebih tahan terhadap gangguan kekeringan dan hama penyakit. Dan, di atas itu semua, buah yang memiliki kadar kemanisan 11° Brix–12° Briks dan kadar air cukup tinggi ini adaptif dengan lingkungan.

Jambu biji kristal mudah beradaptasi. Tapi, dengan pertimbangan ekonomi, sebaiknya pilih lokasi tanam dengan sinar matahari dan pengairan yang cukup, aliran air lancar, tanah rata serta kaya organik. Untuk daerah yang sering tergenang air, jangan lakukan penanaman di musim penghujan,” jelas Windi Aji, petani jambu biji kristal di Dramaga, Bogor. Sementara untuk pemanenan, sebaiknya dilakukan pagi hari agar warna buah dapat dilihat dengan jelas. “Layaknya kristal, buah yang dipetik harus diperlakukan dengan baik-baik dan hati-hati. Dalam arti, jangan sampai terbentur, terluka, tertindih, atau langsung terpapar sinar matahari,” lanjutnya.

Sayang, secara budidaya, jambu yang diperkenalkan ke Indonesia oleh Misi Teknik Taiwan pada tahun 2001 ini kurang berkembang. Padahal, buah yang sering juga disebut jambu biji kristal Taiwan ini, tidak mempunyai pesaing yang cukup berarti dari jambu impor yang lain. Dalam mengusahakannya secara perkebunan pun tidak rumit. Sementara, dari segi perputaran modal, termasuk sektor yang perputarannya cepat. Hal itu, kemungkinan disebabkan kurangnya sosialisasi baik tentang keistimewaan jambu itu sendiri maupun tentang cara memperbanyaknya yang paling efektif.

“Mengingat kondisinya yang boleh dikata tidak berbiji, maka buah ini hanya dapat diperbanyak secara vegetatif (stek, okulasi, dan tempel). Di antara ketiganya, metode tempel yang paling baik. Karena, selain lebih cepat berbuah, juga prosentase keberhasilannya lebih tinggi dan biayanya lebih murah,” ujarnya.

Imbasnya, pengembangan pembudidayaan secara perkebunan belum banyak dilakukan. Kebun-kebun jambu biji kristal yang ada, masih dalam skala kecil dan sporadis. “Sejauh ini, hanya dua perusahaan yang telah mengelolanya secara komersial,” katanya. Imbas lebih lanjut, tentu saja kuota permintaan masih sulit dipenuhi.


Russanti Lubis
Sumber : pengusahaindonesia.co.id
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!